Assalamu'alaikum saudaraku . . .
Pelaksanaan mengorbankan anak demi agama oleh Nabi Ibrahim seharusnya kita contoh (oops... bukan berarti kita harus mengorbankan anak, saudara atau orang tercinta) yaitu keteladanan dalam kesabaran yang begitu luar biasa. Saking sabarnya beliau rela untuk menyembelih anaknya. Sebelum di sembelih Nabi Ibrahim mengatakan kepada anaknya (Ismail), "wahai anak ku, aku diperintahkan Allah untuk menyembelih kamu" dan Ismail hanya menjawab, "wahai ayahku, jika ini perintah Allah, maka laksanakanlah, ayahku, hendaklah pedang yang kau gunakan sangatlah tajam agar akku tidak merasa sakit saat pedang tersebut menyembelih leherku" Dengan rasa sedih yang begitu dalam Nabi Ibrahim mengasah pedangnya dengan sangat tajam sambil terisak tangisan. Saat sebelum disembelih Ismail diikat dan wajahnya ditutup. Tapi berkat kesabaran ayah dan anak yang begitu luar biasa Allah menunjukkan kebesaran-Nya dengan mengganti yang disembelih Isamail dengan seekor hewan qurban (sejenis domba). Tersenak langsung ayah dan anak saling berpelukan dan menangis sejadi-jadinya dan mengucap syukur terhadapa Allah atas apa yang telas terjadi barusan.
Saudaraku, sepenggal cerita di atas hendaknya membangunkan kesabaran dalam diri kita masing-masing. Ada kalanya kita mendapatkan ujian yang begitu berat hingga dihadapkan dengan beberapa pilihan yang sama-sama memberatkan hati. Seperti ketika seorang teman sedang tertimpa masalah hidup yang mewajibkan anda untuk memberikan beberapa bantuan tetapi kebutuhan anda juga mendesak anda dihadapkan antara kepentingan pribadi dan persahabatan. Sudah pasti anda bingung karena berat hati, kalau di kasih bantuan kepentingan pribadi gak bisa ditunda tapi kalau untuk pribadi ntar katanya malah pelit. Padahal pelit itu bukan sifat Anda, begitu kah ?
Saudaraku, percayalah dan pahamilah. Semain berat ujian yang kita terima maka itu tandanya semakin dewasa lah kita dalam menyikapi suatu masalah. Besarnya permasalahan dalam hidup tidak akan ada jika melebihi batas kapasitas kemampuan manusia itu sendiri. Jadi saudaraku, jangan pernah mengeluhkan masalah dama hidup Anda, untuk itu tetaplah bersabar karena keasbaran itu mebuahkan hasil yang sangat manis nantinya.
Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang sabar.
Tidak terasa sudah di penghujung bulan. Apakah yang sudah Anda perbuat di bulan yang akan lalu ini (Oktober). Beberapa hari yang lalu kita telah melaksanakan hari raya Idul Adha atau sering dikenal sebagai hari raya haji dan banyak yang melakukan qurban. Bicara soal qurban kita teringat pada sosok Nabi Ibrahim yang begitu sabar dalam menghadapi ujian dari Tuhannya yaitu Allah. Dari mulai menikah dengan istri pertama yang tidak dikaruniai anak sampai menikah yang kedua dan memiliki anak yang akhirnya anak tersebut (Nabi Ismail) disuruh oleh Allah untuk disembelih. Kebayang gak tuh giman rasanya kalau orang yang disayangi malah disuruh untuk dibunuh. Kalau saya sih bilang, "ini gak masuk akal untuk manusia yang gak sabar". Tapi bagi Nabi Ibrahim tugas dari Allah harus dilaksanakan meskipun darah sudah berhenti sekalipun. Nah kalau sudah seperti itu tugas untuk menyembelih anaknya pun ya harus dikerjakan thhhoooo...
Pelaksanaan mengorbankan anak demi agama oleh Nabi Ibrahim seharusnya kita contoh (oops... bukan berarti kita harus mengorbankan anak, saudara atau orang tercinta) yaitu keteladanan dalam kesabaran yang begitu luar biasa. Saking sabarnya beliau rela untuk menyembelih anaknya. Sebelum di sembelih Nabi Ibrahim mengatakan kepada anaknya (Ismail), "wahai anak ku, aku diperintahkan Allah untuk menyembelih kamu" dan Ismail hanya menjawab, "wahai ayahku, jika ini perintah Allah, maka laksanakanlah, ayahku, hendaklah pedang yang kau gunakan sangatlah tajam agar akku tidak merasa sakit saat pedang tersebut menyembelih leherku" Dengan rasa sedih yang begitu dalam Nabi Ibrahim mengasah pedangnya dengan sangat tajam sambil terisak tangisan. Saat sebelum disembelih Ismail diikat dan wajahnya ditutup. Tapi berkat kesabaran ayah dan anak yang begitu luar biasa Allah menunjukkan kebesaran-Nya dengan mengganti yang disembelih Isamail dengan seekor hewan qurban (sejenis domba). Tersenak langsung ayah dan anak saling berpelukan dan menangis sejadi-jadinya dan mengucap syukur terhadapa Allah atas apa yang telas terjadi barusan.
Saudaraku, sepenggal cerita di atas hendaknya membangunkan kesabaran dalam diri kita masing-masing. Ada kalanya kita mendapatkan ujian yang begitu berat hingga dihadapkan dengan beberapa pilihan yang sama-sama memberatkan hati. Seperti ketika seorang teman sedang tertimpa masalah hidup yang mewajibkan anda untuk memberikan beberapa bantuan tetapi kebutuhan anda juga mendesak anda dihadapkan antara kepentingan pribadi dan persahabatan. Sudah pasti anda bingung karena berat hati, kalau di kasih bantuan kepentingan pribadi gak bisa ditunda tapi kalau untuk pribadi ntar katanya malah pelit. Padahal pelit itu bukan sifat Anda, begitu kah ?
Saudaraku, percayalah dan pahamilah. Semain berat ujian yang kita terima maka itu tandanya semakin dewasa lah kita dalam menyikapi suatu masalah. Besarnya permasalahan dalam hidup tidak akan ada jika melebihi batas kapasitas kemampuan manusia itu sendiri. Jadi saudaraku, jangan pernah mengeluhkan masalah dama hidup Anda, untuk itu tetaplah bersabar karena keasbaran itu mebuahkan hasil yang sangat manis nantinya.
Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang sabar.
Salam Ukhuwah.